Pages

Kamis, 06 April 2017

System on Chip (SoC)

System on Chip (SoC) atau System on a Chip adalah sebuah integrated circuit (IC) yang di dalamnya telah mengintegrasikan seluruh komponen komputer atau sistem elektronik lain. Di dalamnya terdapat fungsi-fungsi frekuensi radio, sinyal digital dan analog. SoC ini sangat umum digunakan dalam pasar mobile computing karena memiliki konsumsi daya yang rendah. Penerapan yang umum adalah pada sistem embedded (embedded system).

Perbedaan mendasar dari microcontroller atau microprocessor, di dalam SoC sudah terdapat microcontroller dengan periferal yang lebih maju seperti unit pengolah grafis (GPU), modul Wi-Fi dan juga coprocessor.

Singkatnya, SoC adalah sebuah microchip yang berisi semua komponen dan sirkuit elektronik yang dibutuhkan oleh sistem yang menggunakannya, misalnya smartphone dan tablet PC, semuanya ada di dalam sebuah chip tunggal.

Misalnya SoC pada perangkat pendeteksi suara, di dalamnya biasanya terdapat audio receiver, Analog to Digital Converter (ADC), microprocessor, memori dan input/output logic control untuk pengguna.

Di dalam smartphone, misalnya, SoC-nya dapat berisi, Central Processing Unit (CPU), Graphic Processing Unit (GPU), camera controller, network connectivity, multimedia, dan lain-lain.

Smartphone dan Tablet PC pada dasarnya adalah perangkat komputer yang berukuran kecil, sehingga membutuhkan komponen-komponen yang serupa dengan komputer desktop maupun laptop. Fitur-fiturnya juga serupa, seperti pemutar musik, video, games, koneksi wireless, dan sebagainya.

Meski demikian, smartphone dan Tablet tidak memiliki ruang komponen sebesar komputer desktop atau laptop untuk meletakkan beragam komponen yang dibutuhkan, seperti prosesor, RAM, kartu grafis dan lain-lain. Dengan demikian, komponen-komponen yang akan digunakan oleh smartphone dan Tablet harus memiliki ukuran sekecil mungkin, sehingga ruang yang tersisa dapat ditempati oleh baterai.

Berkat kemampuan miniaturisasi yang menakjubkan, para pembuat SoC seperti Qualcomm, MediaTek, Nvidia, Texas Instruments dan Intel, beberapa komponen penting yang dibutuhkan dapat ditempatkan di dalam sebuah chip tunggal bernama SoC yang mampu membuat smartphone dan Tablet Anda beroperasi dengan baik.

Ada Apa di Dalam SoC?
Biasanya setiap produen SoC memiliki struktur komponen yang berbeda-beda, namun secara umum, di dalam sebuah chip SoC biasanya terdapat komponen-komponen berikut:
  1. CPU - Central Processing Unit, fungsinya sama seperti CPU pada komputer desktop maupun laptop, yaitu sebagai pusat segala operasi dan instruksi yang diberikan. Sebagian besar CPU yang ada di dalam SoC dibuat berdasarkan teknologi arsitektur ARM (Advanced RISC Machine).
  2. Memori - Sama seperti komputer, memori dibutuhkan untuk menyimpan berbagai tugas dan instruksi yang dijalankan oleh smartphone dan Tablet.
  3. GPU - Graphic Processing Unit, ini juga salah satu komponen penting dalam SoC, bertanggung jawab menangani pengolahan grafis misalnya pada game 3D. Arsitektur GPU yang dipakai juga beragam, namun yang paling umum adalah PowerVR, Adreno dan Mali.
  4. Chipset Northbridge - Komponen yang menangani komunikasi antara CPU dan komponen lain dalam SoC, termasuk Southbridge.
  5. Chipset Southbridge - Chipset kedua yang menangani fungsi I/O (Input/Output).
  6. Radio Seluler - Beberapa SoC biasanya hadir dengan menyertakan modem on board yang dibutuhkan oleh operator jaringan. Misalnya pada Snapdragon S4 dari Qualcomm yang menyertakan modem LTE on board untuk konektivitas 4G LTE.
  7. Koneksi Radio Lainnya - Beberapa SoC juga terkadang menyertakan komponen radio lain untuk konektivitas, termasuk Wi-Fi, GPS dan Bluetooth.
Varian-varian SoC
Di pasaran ada berbagai macam varian SoC dari produsen yang berbeda. Berikut ini varian-varian SoC yang umum ditemui di perangkat Smartphone dan Tablet PC.

1. Nvidia Tegra

Varian Tegra yang cukup populer adalah Nvidia Tegra 3 yang juga dikenal dengan nama Kal-El. Contoh perangkat yang dipersenjatai Nvidia Tegra 3 adalah Asus Transformers Pad 300, HTC One X, LG Optimus 4X HD dan sebagainya.

Tegra 3 hadir dengan CPU Quad-Core (4 core), namun menariknya sebenarnya Tegra 3 memiliki 5 core yang dirancang untuk mengoptimalkan konsumsi daya dan memperpanjang daya tahan baterai. Masing-masing core-nya adalah chip ARM Cortex A9, namun core ke-5, yang dibuat melalui proses khusus silikon yang low power, memiliki kecepatan yang dibatasi hanya sampai 500MHz. Hal ini dimaksudkan untuk menangani tugas-tugas khusus dan pada situasi tertentu. Di samping CPU, Tegra 3 juga menyertakan GPU, Northbridge, Southbridge dan Memory Controller. SoC ini mampu menangani video output hingga pada resolusi 2560x1600 dan 1080p.

Varian Tegra yang tertinggi saat ini adalah Tegra Xavier, namun hingga saat tulisan ini dibuat, Tegra Xavier belum diaplikasikan pada smartphone maupun Tablet PC. Varian Tegra tertinggi yang telah diaplikasikan pada smartphone adalah Tegra K1 yang diberi kode nama "Logan". Tegra K1 memiliki konfigurasi CPU yang serupa dengan Tegra 4, yaitu 4 core utama ARM Cortex-A15 2.1GHz ditambah 1 core tambahan untuk menangani tugas-tugas sederhana. GPU yang diusung K1 berdasarkan pada arsitektur Nvidia sendiri yaitu teknologi Kepler.

Beberapa perangkat yang dipersenjatai oleh Tegra K1 T124 di antaranya ialah Nvidia Shield Tablet, Acer Chromebook 13, Lenovo ThinkVision 28, Xiaomi MiPad. Sedangkan untuk Tegra K1 T132 ada pada HTC Nexus 9.

2. Qualcomm Snapdragon

Qualcomm adalah nama yang penting dalam industri SoC yang menyertai perangkat Android baik pada Smartphone maupun Tablet PC. Snapdragon S4 adalah varian yang cukup banyak digunakan di pasar Android.

Snapdragon S4 memiliki prosesor yang serupa dengan CPU ARM Cortex A-15, hanya saja dirancang oleh Qualcomm sendiri. Snapdragon S4 juga menyertakan GPU Adreno yang mendukung perekaman video resolusi HD. Selain itu, S4 juga menyertakan modem dengan kemampuan radio yang dibutuhkan oleh smartphone dan Tablet dengan sirkuit seluler.

Secara spesifik, Snapdragon S4 juga menyertakan modem 4G LTE, Wi-Fi, GPS/GLONASS dan Bluetooth yang mendukung sebagian besar perangkat Android.

Ada banyak versi SoC Snapdragon S4 yang beredar di pasaran, dirancang dengan teknologi 40nm dan 28nm. Perangkat yang menggunakan Snapdragon S4 diantaranya adalah Sony Xperia S, Asus Transformer Pad Infinity, HTC One S, HTC Evo 4G LTE dan lain-lain.
Diagram SoC Qualcomm Snapdragon 800
Hingga saat ini, Qualcomm telah meluncurkan Snapdragon 800 Series, dan yang paling tinggi adalah Snapdragon 835 yang diluncurkan pada tanggal 17 November 2016 lalu. Snapdragon 835 ini mengusung fabrikasi 10nm FinFET LPE (Samsung) berdasarkan arsitektur ARMv8-A dengan CPU Octa-Core dan GPU Adreno 540 serta dukungan layanan 4G LTE.

3. MediaTek

Pabrikan SoC asal taiwan ini juga banyak digunakan oleh perangkat-perangkat Android yang ada di luar sana. Sejak didirikan tahun 1997, MediaTek telah menciptakan solusi chipset untuk pasar global yang diaplikasikan pada komunikasi wireless, HDTV, DVD, Blu-ray hingga ke perangkat Android.

Salah satu contoh SoC dari MediaTek adalah MT6735 yang dibangun berdasarkan arsitektur ARM v8-A 64-bit dan arsitektur 28nm, dilengkapi oleh CPU Quad-Core 1.3GHz ARM Cortex-A53 dan GPU Mali-T720 600MHz yang mampu merekam dan memainkan video resolusi full HD 1080p, serta dukungan terhadap layanan 4G LTE.

MediaTek telah meluncurkan varian SoC Octa-Core pada tahun 2014 yang lalu yaitu MT8752 yang dibangun berdasarkan arsitektur ARMv8 dengan CPU 1.7 GHz Octa-Core ARM Cortex-A53 dan GPU dari Mali-T760MP2.

4. Samsung Exynos
Vendor asal Korea Selatan ini memiliki rancangan SoC sendiri yang diberi nama Exynos. Salah satu tipenya adalah Exynos 4 Quad.

SoC Exynos juga dibangun berdasarkan teknologi arsitektur ARM sama seperti Tegra 3 dan Snapdragon S4. Exynos 4 Quad dibangun dengan proses 32nm High-K Metal Gate (HKMG) yang menawarkan performa CPU yang dua kali lipat lebih baik dan 20% lebih hemat daya dibandingkan model sebelumnya. Exynos 4 Quad menyertakan CPU ARM Cortex-A9 1.4 GHz Quad-Core dan GPU ARM Mali-400 MP4 Quad-Core. Prosesor ini dapat menjalankan game 3D, kecepatan multitaskinig yang tinggi serta kemampuan merekam dan memainkan video resolusi HD.
Contoh perangkat yang menggunakan Exynos 4 Quad adalah Samsung Galaxy S3 dan Meizu MX Quad.

Generasi Exynos sebelumnya dapat ditemukan pada Galaxy S2, Galaxy Note, Galaxy Tab 7.7, Galaxy Tab 7.0 Plus, Galaxy S, Droid Charge, Exibit 4G, Infuse 4G, selain itu juga ada pada perangkat non-Samsung seperti Meizu MX dan Meizu M9.

Varian SoC Exynos yang terbaru adalah Exynos 9 Octa 8895 yang dibangun dengan fabrikasi 10nm dan berdasarkan arsitektur Exynos M2 "Mongoose"+ Cortex-A53. Exynos 9 Octa ini dibekali CPU Octa-Core dan GPU Mali-G71 MP20 serta dukungan layanan 4G LTE downlink Cat 16 (5CA) dan uplink LTE Cat 13 (2CA).


5. Intel Atom
Dalam dunia mikroprosesor, nama Intel sudah tidak asing lagi. Jika sebelumnya Intel hanya memroduksi prosesor untuk pasar PC seperti desktop, laptop dan netbook, perusahaan ini akhirnya merambah ke pasar smartphone dan tablet PC. Pada CES di tahun 2012, Intel mengumumkan bahwa mereka akan mulai masuk ke bisnis pasar mobile dengan platform SoC-nya sendiri yang diberi kode nama Medfield.

SoC Medfield dibangun dengan teknologi 32nm HKMG, sama seperti Exynos 4 Quad, hanya saja Medfield tidak dibangun berdasarkan arsitektur ARM. Sebaliknya, Intel mengandalkan teknologi x86 miliknya sendiri untuk membuat SoC. Medfield menawarkan prosesor OEM 1.6-2GHz Single-Core dan GPU PowerVR SGX540.

Pada tahun 2016 yang lalu, Intel menelurkan produknya yang diberi nama Atom x7-Z8750 dengan kode nama Cherryview yang dibangun berdasarkan platform Cherry Trail. Z8750 ini dibangun dengan fabrikasi 14nm dan dibekali CPU Quad-Core dengan set instruksi 32 dan 64-bit berkecepatan 1.6GHz (burst frequency 2.56GHz).

6. HiSilicon

Perusahaan asal Cina yang menginduk kepada Huawei ini dianggap sebagai perancang IC domestik terbesar di Cina. Produk SoC terbaru keluaran HiSilicon ini diberi nama Kirin, mulai dari Kirin 620 hingga Kirin 960.


Kirin 960 ini dibangun dengan fabrikasi 16nm yang dibekali CPU Octa-Core 2.3GHz ARMv8-A Cortex-A73 serta GPU Mali-G71 MP8, dan tak lupa pula dukungan terhadap layanan 4G LTE Cat 12.

7. Texas Instruments
Meskipun tidak sepopuler SoC dari Qualcomm atau Nvidia, keluarga OMAP dari Texas Instruments yang berasal dari Amerika Serikat ini tidak seharusnya dianggap remeh. Jika Anda merasa nama "OMAP" sudah cukup familiar, itu karena SoC ini telah banyak melengkapi perangkat Android terdahulu, seperti Motorola Droid yang muncul di awal revolusi Android, Motorola Droid 2, Motorola Bravo, Motorola Defy, LG Optimus Black, Samsung Galaxy S LCD, dan termasuk juga perangkat non-Android seperti Palm Pre, Palm Pre 2 dan Nokia N9.

Keluarga SoC TI OMAP yang terbaru adalah OMAP generasi ke-5, atau OMAP 5 yang dibangun dengan fabrikasi 28nm dan mengandalkan prosesor Dual-Core ARM Cortex-A15 1.7GHz namun dengan 2 core tambahan Cortex-M4 untuk menjalankan tugas-tugas sederhana demi efisiensi daya. Di samping itu OMAP 5 juga menyertakan 2 core GPU dari PowerVR SGX544MP yang sudah mendukung kamera beresolusi 24 dan 30 Megapiksel dan perekaman video resolusi HD.

7. ST-Ericsson

Platform SoC NovaThor yang dikembangkan oleh ST-Ericsson tidak begitu dikenal di pasar mobile, namun demikian, beberapa perangkat yang beredar di pasaran menggunakan SoC ini termasuk Sony Xperia U, Xperia Sola, Samsung Galaxy Ace 2, Samsung Galaxy Beam dan HTC Sensation untuk pasar Cina.

SoC NovaThor yang paling banyak dipakai pasar mobile adalah seri U8500 yang dibuat dalam fabrikasi 40nm. SoC yang hadir pada tahun 2011 silam ini dibekali CPU 1GHz Dual-Core ARM Cortex-A9 dan GPU ARM Mali 400MP dan dukungan wireless (GSM/EDGE/HSPA/HSPA+, tergantung pada perangkat yang menggunakannya).

Sebenarnya, ST-Ericsson telah mengembangkan produk SoC dengan fabrikasi 28nm dengan seri L8580, dibekali CPU Quad-Core 2.5-3.0GHz ARM Cortex-A9 dan GPU PowerVR SGX544 dan dukungan 4G LTE. Namun sayangnya peluncurannya dibatalkan pada tahun 2013 silam. Ini bukan yang pertama kalinya, hal serupa juga dialami oleh Nova A9540, NovaThor L9540 dan L8540 semuanya dibatalkan.

8. Apple
Apple memiliki sederet SoC AX miliknya sendiri (A4, A5, A5X hingga A10) yang telah digunakan pada semua perangkat iOS sejak iPad terdahulu.

SoC A10 Fusion dari Apple
SoC Apple yang paling unggul dari seri A adalah A10 Fusion. A10 Fusion ini dibangun dengan fabrikasi 16nm FinFET dan CPU 2.34GHz Quad-Core Hurricane dan GPU PowerVR GT7600 Plus (Hexa-Core). Hingga saat ini, perangkat yang menggunakan A10 Fusion adalah iPhone 7 dan iPhone 7 Plus.

Arsitektur GPU
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, setiap SoC selalu menyertakan teknologi pengolahan grafis yang berasal dari beragam perusahaan, misalnya, GeForce, PowerVR, Adreno dan ARM Mali.

1. Tegra
Nvidia Tegra 3 yang diumumkan pada tahun 2011 memiliki peningkatan kecepatan yang signifikan namun sayangnya tidak banyak smartphone yang menggunakan Tegra 3, salah satunya karena pada masa itu game Android masih belum banyak berkembang sehingga para produsen menganggap Tegra 3 terlalu kencang. Hal ini bertambah parah dengan preferensi para developer game mobile yang kebanyakan hanya memedulikan iOS.

Tegra 4 juga bernasib sama seperti Tegra 3, bahkan gadget yang menggunakan Tegra 4 lebih sedikit lagi dibanding Tegra 3. Namun ini tidak menghambat NVIDIA dalam berinovasi, karena setelah itu mereka mengumumkan Tegra K1 yang merupakan SoC tercepat di dunia dan bahkan lebih dari konsol PlayStation 3.

Sampai saat ini perangkat yang dipersenjatai oleh Tegra K1 T124 di antaranya ialah Nvidia Shield Tablet, Acer Chromebook 13, Lenovo ThinkVision 28, Xiaomi MiPad. Sedangkan untuk Tegra K1 T132 ada pada HTC Nexus 9.

Pada September 2016, Nvidia kembali meluncurkan GPU terbarunya yang diberi nama Xavier. Xavier dilengkapi dengan CPU Nvidia berbasis ARM v8 Octa-Core. Xavier mampu menjalankan perekaman dan memutar video resolusi 8K Ultra-HD (7680x4320p). Namun sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa saat ini Xavier belum diaplikasikan pada smartphone maupun Tablet PC.
Diagram SoC Nvidia Xavier

2. Adreno
Jika Nvidia memiliki Tegra, maka ATI dulunya memiliki Imageon. Ini merupakan langkah ATI untuk masuk ke dalam dunia mobile processing. Namun setelah ATI dibeli oleh AMD, kemajuan Imageon terbilang lambat dan akhirnya dihentikan pada tahun 2008. Di tahun yang sama Qualcomm membeli Imageon dari AMD dan mengubah namanya menjadi Adreno yang adalah anagram dari Radeon (produk GPU dari ATI). Sampai sekarang Adreno mempunyai banyak varian GPU yang tersedia bagi konsumen mulai dari yang paling rendah Adreno 200 sampai yang paling cepat saat ini adalah Adreno 530.

3. PowerVR
PowerVR adalah pemain lama dalam urusan GPU. Mereka memulai bisnisnya sebagai salah satu kompetitor ATI dan AMD pada zaman dulu. Namun seiring ATI dan AMD berkembang (dan pada akhirnya bersatu), PowerVR mulai kehilangan pamor dan juga daya saing. Akhirnya PowerVR memutuskan untuk menggeluti bidang mobile processing dan sampai sekarang Anda bisa melihat produk PowerVR di berbagai produk Apple seperti iPod dan iPhone. Saat ini varian termutakhir dari PowerVR adalah GT7600 Plus yang dirilis Juni 2016.

4. ARM Mali
Mali adalah produk GPU dari anak perusahaan ARM. Varian GPU Mali yang terbaru adalah G71 yang diluncurkan pada kuartal ke-4 2016. Anda bisa menemukan G71 pada SoC Samsung Exynos 9 Octa dan HiSilicon Kirin 960.

Mana yang Terbaik?
Sampailah pada legend question: "SoC apa yang terbaik untuk Anda?"

Jika Anda membeli Tablet dan Smartphone Android generasi terakhir yang ada di pasaran, sudah pasti dilengkapi oleh salah satu dari varian SoC yang telah dijelaskan sebelumnya. Sudah pasti, setiap pabrikan SoC akan mengklaim produknya dengan kalimat seperti "hemat daya", "performa tinggi", "grafis 3D", "video full HD", dan semacamnya. Tetapi semua platform yang bersaing ini akan menawarkan pengalaman yang berbeda-beda dari sisi pengguna. Pertimbangan utama dalam memilih jenis SoC adalah dari faktor teknologi grafis, koneksi wireless, performa kamera, dan ruang penyimpanan.

Contohnya adalah Samsung Galaxy S3 yang dipasarkan khusus di Amerika yang dibekali SoC Snapdragon S4 dengan prosesor Dual-Core masih lebih baik ketimbang Exynos 4 Quad-Core. Sebabnya adalah karena Galaxy S3 tersebut sudah mendukung layanan 4G LTE yang terintegrasi di dalamnya sedangkan Exynos 4 Quad belum mendukung 4G LTE. Jadi ketika pembeli Galaxy S3 tersebut komplain karena tidak mendapatkan tenaga Quad-Core seperti pada Galaxy S3 untuk pasar global, mereka sebenarnya memiliki koneksi LTE yang justru lebih baik.

Sama halnya ketika Anda akan memilih varian GPU, jika Anda bertanya, "Mana yang lebih baik antara Tegra, Adreno, PowerVR dan Mali?" Well, ini adalah pertanyaan yang sulit dan mungkin tidak bisa dijawab sepenuhnya karena penilaiannya dipengaruhi oleh banyak faktor seperti processor, RAM, arsitektur smartphone dan lain-lain. Anda harus mengerti bahwa di dalam sebuah sistem, performa GPU dipengaruhi oleh komponen lain dan tidak bisa berdiri sendiri.

Tips and Trick Memilih GPU
Membeli smartphone untuk gaming harus disesuaikan dengan selera gaming. Jika Anda suka dengan game 3D namun hanya sebatas 3D biasa maka Anda tidak akan membutuhkan smartphone 5 juta ke atas. Sebuah smartphone 3 juta dengan spesifikasi quad-core, RAM 1GB dan GPU PowerVR SGX544MP sudah cukup bahkan untuk menangani game 3D yang cukup serius.

Jika Anda gamer kasual yang ingin bermain endless runner 3D, Clash of Clan, Hay Day dan sejenisnya maka smartphone 2 juta juga sudah cukup. Jika Anda gamer kelas kakap yang mencari kualitas visual teratas maka smartphone 5 juta seperti akan dapat memuaskan hasrat Anda dengan baik. Membeli smartphone di atas 7 atau 8 juta akan sedikit overkill dan mungkin Anda juga tidak akan mendapatkan pengalaman lebih dibanding smartphone seharga 5 jutaan.

Jika Anda berencana untuk membeli perangkat Android, sebaiknya Anda perhatikan SoC-nya, apa saja kemampuannya, bandingkan performanya dengan perangkat lain melalui uji benchmark. Situs www.anandtech.com adalah salah satu situs benchmark yang hasilnya diakui keakuratannya, Anda bisa jadikan website tersebut sebagai bahan pertimbangan.

Jangan lupa pula bahwa setiap perusahaan yang telah disebutkan di atas telah mengerjakan SoC generasi terbaru dan kita tidak akan pernah tahu fitur terbaru apa lagi yang akan diusung oleh smartphone dan tablet PC yang akan diluncurkan tahun depan, ini semua berkat komponen internal dan sistem operasi yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Sabtu, 01 April 2017

Tipe-Tipe USB


Saat ini, perangkat yang menggunakan USB sebagai antar-mukanya sudah sangat banyak. Hampir setiap perangkat digital mobile sudah menggunakan USB baik sebagai media pengiriman data maupun sebagai media pengisi daya, mulai dari keyboard, mouse, printer, scanner, modem, USB flash drive, harddisk eksternal, kamera digital, camcorder, handphone, smartphone, smartwatch, speaker portable, dan masih banyak lagi yang lain. Semua perangkat tersebut memakai USB yang beragam tipe. Namun demikian, masih banyak diantara kita yang masih belum tahu tipe-tipe USB, banyak yang masihh bingung ketika mendengar istilah "mini USB", "micro USB", "USB tipe A" atau "USB 3" dan semacamnya. Melalui artikel ini, saya akan mencoba memberikan wawasan, teori dan keilmuan seputar Universal Serial Bus alias USB.

USB pertama kali dikembangkan di tahun 1994 oleh 7 perusahaan besar yang bergerak di bidang industri komputer, yaitu Compaq, DEC, IBM, Intel, Microsoft, NEC dan Nortel. Tujuan USB adalah untuk mempermudah user dalam menghubungkan perangkat eksternal ke PC. Selain itu juga untuk menggantikan antar-muka sebelumnya yang relatif tidak user-friendly.
Sejauh ini, sudah ada sembilan versi USB yang telah dirilis, yaitu:
1. USB 0.8 (dirilis Desember 1994)
2. USB 0.9 (dirilis April 1995)
3. USB 0.99 (dirilis Agustus 1995)
4. USB 1.0 Release Candidate (dirilis November 1995)
5. USB 1.0 (dirilis Januari 1996) Low Speed (1.5 Mbit/s)
6. USB 1.1 (dirilis Agustus 1998) Full Speed (12 Mbit/s)
7. USB 2.0 (dirilis April 2000) High Speed (480 Mbit/s)
8. USB 3.0 (dirilis November 2008) SuperSpeed (5 Gbit/s)
9. USB 3.1 (dirilis Juli 2013) SuperSpeed+ (10 Gbit/s)


Tipe-tipe Konektor USB
Berikut adalah tipe-tipe konektor USB yang tersemat pada perangkat-perangkat digital yang sering kita temui.
1. Konektor Standar (Tipe-A dan Tipe-B)
Jack USB tipe-A memiliki bentuk persegi panjang yang memiliki 4 pin konektor di dalamnya, 2 pin sebagai pembawa data, dan dua pin lain sebagai pin power. USB tipe-A  ini dicolokkan ke port receptacle (downstream port) USB tipe-A juga yang ada pada host maupun hub.
Sedangkan Jack USB tipe-B berbentuk persegi dan sudut di sisi atasnya melengkung. Biasanya USB tipe-B ini digunakan pada upstream port perangkat eksternal seperti printer.
2. Konektor Mini-USB dan Micro-USB
Untuk perangkat yang lebih kecil seperti kamera digital, smartphone dan tablet PC, digunakanlah tipe USB yang lebih kecil. Tipe standar USB yang pertama kali digunakan adalah Mini-USB yang diperkenalkan bulan April tahun 2000, barulah kemudian digantikan oleh Micro-USB yang diperkenalkan bulan Januari 2007.
Jack Mini-USB Tipe-A (kiri) dan Tipe-B (kanan)


Jack Micro-USB Tipe-A dan B yang diperkenalkan oleh USB Implementers Forum (USB-IF) pada tanggal 4 Januari 2007 silam memiliki lebar yang sama dengan Mini-USB, namun ketebalannya hanya separuhnya saja sehingga dapat diimplementasikan pada perangkat yang lebih tipis.

Jack Micro-USB Tipe-A
Jack Micro-USB Tipe-B
Jenis Micro-USB yang lebih tipis ini dikembangkan untuk menggantikan jenis Mini-USB yang ukurannya lebih tebal. Namun demikian, beberapa perangkat masih menggunakan varian Mini-USB. Akan tetapi jenis Micro-USB telah banyak diadopsi oleh produsen-produsen elektronik, dan sejak bulan Desember 2010, Micro-USB menjadi jenis port yang paling banyak digunakan.


3. Konektor USB 3.0

Munculnya teknologi USB 3.0 sekaligus mengusung perubahan pada konektornya.
Pada Tipe-A tidak banyak perubahan, hanya saja jika pada versi USB 2.0 menggunakan 4 pin, maka Tipe-A pada USB 3.0 memiliki tambahan 5 pin untuk pengirim data, sehingga totalnya ada 9 pin konektor. Untungnya, Tipe-A USB 3.0 ini tetap dapat digunakan pada receptacle port USB versi sebelumnya.
USB 3.0 Standard Tipe-A



Skema konektor Standard Tipe-A USB 3.0
USB 3.0 Tipe-B juga mengalami perubahan. Uniknya, Anda dapat menghubungkan perangkat USB Standard Tipe-A pada receptacle port Tipe-B ini. Berikut gambarnya:
Receptacle port USB 3.0 Tipe-B


Selain pada Standard Tipe-A dan B, perubahan lain juga terdapat pada Micro-USB Tipe-B, sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini.
USB 3.0 Micro-USB Tipe-B
Skema konektor Micro-USB Tipe-B versi 3.0
4. USB On-The-Go (OTG)

Gadget yang sudah didukung oleh fitur OTG hanya membutuhkan satu perangkat saja, yaitu, adapter Micro-AB receptacle.
OTG Adapter
OTG Adapter dengan 4 port USB Standard Tipe-A
Fitur OTG adalah kemampuan gadget dalam membaca perangkat USB standard Tipe-A atau B, seperti flashdisk, keyboard, mouse bahkan printer. Sekarang ini banyak produsen flashdrive membuat produk mereka memiliki dua tipe USB, Tipe-A dan Micro-USB Tipe-B, dengan demikian, flashdrive tersebut dapat dibuka di PC maupun gadget yang mendukung fitur OTG tanpa memerlukan kabel adapter lagi.

5. USB Tipe-C
Tipe-C dikembangkan hampr bersamaan dengan USB versi 3.1, hanya saja Tipe-C 1.0 selesai pada bulan Agustus 2014. USB Tipe-C ini mengusung fitur baru, yaitu reversible-plug connector, artinya USB Tipe-C ini dapat dicolokkan ke receptacle port-nya secara bolak-balik, mirip dengan Apple Lightning Connector.
Skema Pin konektor pada receptacle port USB Tipe-C

USB Tipe-C memiliki 24 pin konektor yang terbagi di sisi atas dan bawahnya. Konektor Tipe-C ini memiliki ukuran yang lebih lebar dibandingkan konektor Micro-USB Tipe-B. Saat ini USB Tipe-C sudah mengusung fitur USB versi 3.1 yang memiliki kecepatan transfer data 10 Gbit/s. Meski demikian, masih ada Tipe-C yang hanya mendukung fitur USB versi 2.0

Windows Pagefile

Sering kali saya menemukan beberapa tutorial tentang komputer yang bertujuan untuk meningkatkan performa atau kinerjanya, dan menonaktifkan system pagefile menjadi salah satu langkah yang umum dilakukan. Melalui tulisan ini, saya ingin menjelaskan sedikit lebih jauh mengenai system pagefile pada sistem operasi Windows, termasuk risiko yang mungkin akan dihadapi ketika system pagefile dalam keadaan disable.

Apa itu Pagefile dan Apa Fungsinya?
Terlebih dulu saya akan jelaskan mengenai cara kerja dan fungsi pagefile. Sebagai contoh kasus, ketika ruang kosong pada RAM mulai menipis disebabkan karena ada aplikasi yang cukup berat sedang berjalan, secara otomatis Windows akan memindahkan beberapa “halaman” (pages) yang ada pada RAM ke file tersembunyi yang bernama pagefile.sys yang terdapat pada root directory pada harddisk. File yang dipindahkan itu adalah file-file yang tidak benar-benar sedang dieksekusi pada saat itu. Tujuan memindahkan file ini adalah untuk memberikan ruang tambahan pada RAM untuk aplikasi yang sedang Anda jalankan.

Jika pada saat itu ada aplikasi yang sedang dalam keadaan minimized cukup lama (misalnya aplikasi Ms. Office Word), sementara Anda bekerja dengan aplikasi lain yang lebih berat (misalnya Adobe Photoshop), Windows akan memindahkan isi memori dari Ms. Office Word tersebut ke pagefile karena aplikasi tersebut tidak sedang digunakan. Hal ini dapat Anda rasakan ketika Anda ingin membuka kembali jendela Office Word tersebut, biasanya akan membutuhkan waktu yang lebih lama, dan getaran harddisk akan terasa semakin tinggi, tak jarang dalam kasus ini akan terlihat status aplikasi tersebut menjadi Not Responding untuk sesaat.

Jika Anda ingin melihat pengaturan pagefile pada komputer Anda, silakan buka menu Run dengan menekan kombinasi tombol [Windows]+[R] lalu ketik perintah sysdm.cpl.

Setelah tampil jendela System Properties, buka tab Advanced. Selanjutnya klik menu Settings... pada segmen Performance.

Pada jendela Performance Options yang tampil, klik tab Advanced. Di sana dapat terlihat total paging file yang Anda miliki.

Jika Anda ingin mengubah pengaturannya, klik Change.... Di sana Anda dapat mengubah ukurannya, Anda juga dapat membuat sistem Anda berjalan tanpa paging file sama sekali, atau Anda ingin biarkan Windows yang mengatur jumlah paging file secara otomatis.


Apa Alasan Untuk Disable Pagefile?
Banyak dari kalangan teknisi komputer yang berbeda berpendapat tentang hal ini. Beberapa orang menyarankan untuk menambah ukuran pagefile, di sisi lain ada juga yang bahkan menyarankan untuk menghapus pagefile yang ada.

Logikanya seperti ini, dalam menggunakan pagefile, Windows menjadi tidak efisien, namun jika Anda memiliki kapasitas RAM yang besar, maka tidak masalah jika Anda memutuskan untuk disable pagefile karena akses ke RAM lebih cepat daripada akses ke harddisk. Dengan tidak adanya pagefile, Anda memaksa Windows untuk menyimpan seluruh data kerja tetap di dalam RAM.

Yang terjadi pada logika tersebut adalah ketika membuka aplikasi yang beberapa lama dalam keadaan minimized, tidak akan menambah beban pada harddisk. Lagipula, dengan meniadakan pagefile tidak serta merta membuat komputer Anda menjadi lebih cepat, karena sejak awal Windows memang tidak akan membuat page dari aplikasi yang sedang Anda jalankan.

Masalah besar yang akan terjadi ketika Anda men-disable pagefile adalah ketika tidak ada lagi ruang kosong pada RAM, maka aplikasi yang Anda jalankan akan crash. Hal ini disebabkan karena tidak adanya virtual memory yang dapat digunakan Windows untuk memindahkan data RAM. Kasus terburuknya, sistem Anda juga akan crash dan menjadi sangat tidak stabil. Ketika ada aplikasi yang crash, biasanya akan dihentikan secara paksa sehingga tidak ada waktu bagi Anda untuk menyimpan pekerjaan Anda sebelumnya, atau Anda bahkan tidak dapat melakukan apa pun.

Tidak hanya itu, selain aplikasi yang crash tiap kali Anda jalankan dalam keadaan memori yang penuh, Anda juga biasanya akan menghadapi banyak aplikasi yang tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya jika pagefile dalam keadaan disable. Sebagai contoh, Anda sebaiknya tidak menjalankan aplikasi virtual machine atau virtual box jika sistem Anda tidak memiliki pagefile, selain itu beberapa software defrag juga tidak dapat berfungsi. Anda juga biasanya akan mengalami hal-hal aneh yang tidak dapat dijelaskan ketika pagefile dalam keadaan disable. Singkatnya, akan ada banyak hal yang tidak beres terjadi pada komputer Anda ketika tidak tersedia pagefile.

Berapa Ukuran Pagefile Seharusnya?
Hampir setiap teknisi komputer ketika membicarakan jumlah pagefile, mereka berpendapat bahwa ukuran pagefile setidaknya 1,5 hingga dua kali lipat dari jumlah RAM—jadi jika Anda memiliki RAM 4GB, maka Anda harus menyediakan pagefile sebesar 8GB. Yang jadi masalah dari argumen tersebut adalah jika Anda menjalankan aplikasi yang mengonsumsi RAM 12GB, sistem Anda akan menjadi sangat lambat dan harddisk akan bekerja ekstra keras. Dengan demikian, ukuran pagefile yang besar tidak akan menurunkan atau meningkatkan performa komputer, Anda hanya menghabiskan ruang di dalam harddisk.

Mark Russinovich, pakar Windows yang terkenal dan perancang sekian banyak Windows administration and diagnostic utilities dalam website-nya sysinternals.com, ia mengatakan bahwa jika Anda ingin mengoptimalkan ukuran pagefile sesuai kebutuhan, Anda harus mengikuti formula yang berbeda: Jumlah minimum adalah Peak Commit – Physical RAM, dan jumlah maksimum adalah dua kali lipat dari jumlah minimum.

Sebagai contoh, jika Anda memiliki RAM 4GB, dan penggunaan peak memory adalah 5GB (sudah termasuk virtual memory), maka setidaknya Anda menyediakan pagefile sebesar 1GB dan maksimum 2GB sebagai cadangan seandainya Anda menjalankan aplikasi yang membutuhkan banyak memori. Jika Anda memiliki RAM 8GB dan maksimal penggunaan memori adalah 3GB, Anda masih perlu memiliki pagefile, namun ukuran 1GB sudah cukup. Sebagai catatan: Jika sistem Anda diatur untuk crash dumps, Anda harus memiliki pagefile yang lebih besar. Jika tidak, Windows tidak akan dapat menulis proses memori saat crash—namun ini tidak begitu berguna bagi sebagian besar pengguna Windows.


Pertanyaan Terakhir: Haruskah Anda Men-disable Pagefile?
Sebagaimana yang kita tahu, bahwa satu-satunya keuntungan nyata dari men-disable pagefile adalah hanya untuk mempercepat proses menampilkan kembali aplikasi yang sebelumnya minimized. Hanya saja dibalik keuntungan tersebut, terdapat risiko crash-nya aplikasi dan sistem Anda ketika konsumsi RAM sudah mencapai batasnya, selain itu Anda juga akan mengalami berbagai masalah sistem dalam aplikasi-aplikasi tertentu.

Sebagian besar pengguna sebaiknya tidak men-disable pagefile atau setidaknya tidak bermain-main dengannya, biarkan Windows yang berurusan dengan pagefile. Jika Anda benar-benar ingin mempercepat sistem PC Anda, pilihan terbaik untuk Anda adalah sebagai berikut:
1. Upgrade RAM Anda.
2. Bersihkan crapware—penyebab utama lambatnya PC Anda.
3. Gunakan anti virus yang ringan namun tangguh dan jangan lupa untuk rutin melakukan update.

Jika Anda ingin membaca lebih detail tentang cara kerja virtual memory dan pagefile, Anda dapat membaca artikel yang ditulis oleh Mark Russinovich di sini.